Disela-sela browsing cari kerjaan tambahan, nemu kisah ini nih. Bukan bermaksud SARA lho ya. Saya juga etnis Jawa. Saya hanya merasa, tulisan ini bagus juga buat renungan. Disimak yuk.... Enjoy...
Beberapa hari ini, saya lagi mondar-mandir bertemu pengusaha berdarah Cina. Ada yang memang sudah mapan, ada pula yang masih dalam perjalanan usahanya bakal besar.
Suatu hari, saya ditanya oleh kawan berdarah Cina, tentang perbedaan pebisnis Jawa dan Cina. Mengapa dalam beberapa kasus, orang Cina lebih maju dan cepat unggul ketimbang orang Jawa.
Tadinya, saya agak malas menanggapi. Karena memang dari sononya, kita berbeda. Perbedaan “gen” yang membuat ada jarak dalam motivasi, gap ekonomi sejak lahir, dsb. Meski antara Jawa dan Cina, menurutku sama saja. Ibarat pohon, keduanya seperti batang singkong. Asal ada air, bisa tumbuh…..Eksodus orang Jawa juga tak kalah dari Cina. Dimana-mana ada!
Tapi okelah, saya dengarkan pertanyaan teman pengusaha Cina-ku ini yang dulunya adalah mantan penjual nasi goreng keliling.
“Turi kamu tahu beda pedagang nasi goreng Cina dan Jawa?”
“Wah, beda apanya? Cara masaknya? Atau?”
“Bukan! Ini soal kesuksesan. Mengapa aku dagang nasi goreng, tiga tahun kemudian bisa beli ruko
pakai uang cash dan sekarang usahaku tambah banyak. Sedangkan, orang Jawa tetanggaku yang
dulunya sama-sama jual nasi goreng, sampai kini masih saja begitu-begitu saja!”
“Soal rasa mungkin. Pelanggan kamu lebih rame!”
“Salah! Dulu waktu buka lapak nasgor kaki lima, kita berdua sama-sama ramai. Gak sampai jam
11 malam sudah habis semua….”
“Kamu pinter nyisihin duit, anaknya lebih dikit…ya jelas bisa nabung…hehehe….”
“Yah, dagang nasi goreng berapa untungnya sih….Aku sama orang Jawa itu, anaknya juga baru
satu!”
Hmmm….saya benar-benar jadi berpikir dengan pertanyaan teman Cina ini. Wah, ada-ada saja. Padahal sudah banyak sanggahan dan argumen saya keluarkan. Intinya, untuk membuktikan bahwa kemampuan manajerial dia lebih oke, termasuk dalam strategi keuangan dan pasar ketimbang tukang nasi goreng orang Jawa tetangganya itu. Tapi teman Cina tetap bilang, “Salah!”
Saya pun jadi tertarik untuk mengikuti. Apa sebenarnya rahasianya itu?
“Turi kamu tahu, yang membedakan aku sama dia adalah saat di rumah. Kita dulu sama-sama
ngontrak. Pulang sering bersamaan, aku lihat dia langsung nonton TV atau tidur. Kalau aku,
masih ngasih makan ikan. Orang Jawa itu tidur, aku memelihara masa depan di rumah!”
Sepertinya masih agak bingung dengan jawaban teman Cina ini. Tapi okelah, saya coba mengerti. Jadi, orang Cina ini selain dagang nasi goreng kelas kaki lima, dia juga memelihara ikan cupang dan ikan mas koki di kontrakannya yang sempit.
Di sela-sela kesibukannya menyiapkan dagangan, mulai belanja bahan baku ia menyempatkan diri memberi makanan, membersihkan air, memijahkan, dan membesarkan si ikan. Sedangkan orang Jawa, setelah pulang dagang tidur, setelah belanja bahan dagangan istirahat sambil guyonan.
Beda dengan si Cina. Pagi, siang, malam tidak pernah bosan melihat ikannya di akuarium. Katanya, hobi pengusir stes.
Lho, tapi dari mana asal usul uang cash untuk beli ruko?
Mari kita hitung. Teman Cina saya ini, dulunya hanya membeli benih cupang yang kecil-kecil. Harganya murah. Ada yang Rp50,- s.d Rp100 tiap ekor. Tiap hari, ikan cupang itu dia kasih makan. Wadah yang dipakai pun seadanya. Hanya modal toples kue. Satu tahun memelihara, ternyata ikan cupang dia tambah banyak. Jumlahnya ribuan. Sejak itulah dia mulai menjual ikan cupangnya, di sela-sela kerjaan pokok jualan nasi goreng.
Wah, ternyata hasilnya lumayan juga. Ikan yang dulunya ia beli dengan harga Rp1.000,- per ekor tadi bisa dijual menjadi Rp20.000 s.d Rp 100.000,- tiap ekor. Artinya, kalau dia memiliki 1.000 ekor ikan cupang, ada pendapatan tambahan Rp20 juta s.d Rp100 juta. Jadi pantas saja kan? Dalam jangka waktu 4-5 tahun dia sudah bisa beli ruko sendiri……Hal yang tidak dipikirkan oleh pedagang nasi goreng jawa tadi.
Hmmmm….sebenarnya pola pikir sederhana. Tapi itulah buktinya. Setiap kali saya bertandang ke rumah orang-orang China, ada saja peliharaan di rumah yang mereka miliki. Ada yang pelihara ular, kura-kura, ayam hobiis, hingga tanaman.
Saya juga ingat, saat berada di rumah Ciputra atau saudagar berdarah Cina lainnya, banyak sekali lukisan-lukisan berkelas nempel di dinding. Ya, itulah bedanya. Di rumah mereka ada masa depan….ada rupiah dan dolar yang dipelihara dan terus tumbuh….Harapan yang kerap diabaikan oleh pribumi….
Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2011/09/21/beda-tukang-nasi-goreng-jawa-dan-cina/
1 komentar:
terimakasih Kak atas informasinya...
Aplikasi Kasir Warung
Posting Komentar